Senin, 27 November 2017

TEKNOLOGI ENERGI INOVATIF DAN HIJAU



TEKNOLOGI ENERGI INOVATIF DAN HIJAU






 Disusun oleh:
             Agung Suira Kusuma Ramadhan       041711005                  (Angkatan 2017)






INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
BALIKPAPAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Disuatu kota-kota besar biasanya dicirikan oleh banyaknya gedung-gedung bertingkat, banyaknya pusat-pusat perbelanjaan, banyaknya apartemen-apartemen dan sudah tentu diikuti oleh jumlah penduduk yang padat, contoh kota metropolitan seperti kota Balikpapan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dll.
Untuk memenuhi kebutuhan energi di kota-kota besar biasanya dibangun pembangkit-pembangkit listrik dengan berbagai sumber penggerak turbinnya seperti PLTU biasanya menggunakan batubara untuk menghasilkan uap penggerak turbin. Demikian pula PLTD menggunakan bahan bakar fosil sebagai penggerak turbinnya. Kedua pembangkit listrik tersebut menghasilkan gas buang yang dilepas ke udara, demikian pula residu yang dibuang ke lingkungan. Ada pula ciri lain khususnya di Kota Balikpapan banyaknya sarana transportasi seperti sepeda motor, mobil, bus, dll selama 24 jam. Pemakaian alat transportasi ini kebanyakan menggunakan bahan bakar fosil, sehingga banyak menghasilkan gas buang dengan berbagai partikel. Adanya gas buang ini sangat jelas mengakibatkan tingginya tingkat polusi udara. Polusi udara yang mencemari lingkungan akan berdampak buruk bagi makhluk hidup. Oleh karena itu perlu adanya dilakukan inovasi teknologi energi hijau guna dapat mengurangi tingkat polusi udara.

2.      Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu bagaimana inovasi teknologi hijau dapat mengurangi emisi gas yang mencemari lingkungan terkhusus nya mencemari udara.

3.      Tujuan
Adapun tujuan dari Teknologi Energi Inovatif Dan Hijau ini yaitu dapat mengurangi emisi gas yang mencemari lingkungan terkhususnya mencemari udara.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
“Teknologi” lebih bermakna sebagai penerapan pengetahuan untuk tujuan praktis. Sedangkan “teknologi hijau” adalah teknik untuk menghasilkan energi dan/atau produk yang tidak mencemari atau meracuni lingkungan hidup. Teknologi hijau masih terus dikembangkan hingga saat ini.
Teknologi hijau merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian atau keberlanjutan kehidupan di planet bumi ini. Kelestarian atau keberlanjutan (sustainabilitas) yang dapat diartikan sebagai perihal pemenuhan kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan di masa depan tanpa merusak sumber daya alam, atau pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Pada saat sekarang ini kesadaran masyarakat terhadap teknologi hijau masih belum mencapai tahap yang memuaskan. Masih banyak kilang-kilang yangmengeluarkan asap hitam yang membahayakan, penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor yang begitu mengkhawatirkan emisinya, sumberdaya alam semakin banyak dimusnahkan, sungai-sungai yang kotor dan pelepasan karbon ke udara yang semakin banyak.

2.1.1    Energi dan Kehidupan Manusia
Energi berperanan penting dalam semua aktivitas kehidupan manusia. Sumber energi dapat dibedakan menjadi  dua jenis yaitu sumber energi konvensional (tidak dapat diperbaharui) dan tidak konvensional (dapat diperbaharui). Sumber energy konvensional yang terbesar adalah petroleum dan jenis sumberdaya ini akan semakin berkurang dan habis jika digunakan secara terus-menerus. Contoh sumber energy bukan konvensional yang ialah bioenergi dan energy solar.
Berbagai jenis material dapat dijadikan alternatif untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, misalnya energy surya (solar = matahari), energy air, energy angin, hidrogen, dan bioenergy dari kelapa sawit. Indonesia merupakan Negara tropis yang beriklim panas dan lembab sepanjang tahun. Kita dapat memanfaatkan cahaya matahari pada waktu siang sebagai seumber energy untuk menggantikan energy listrik. Energi matahari dapat mengurangi pencemaran udara dan dampak rumah kaca serta energinya dapat disimpan untuk penggunaan eletrik pada waktu malam hari. Energi ini dapat dimanfaatkan untuk penerangan umum dan lampu-lampu jalan raya.
Hidrogen juga merupakan bahan penggantian untuk bahan bakar fosil. Hidrogen dapat digunakan sebagai sejenis bahan bakar bagi kendaraan bermotor. Hidrogen dibakar dalam system engine melalui kaidah yang serupa dengan kereta petrol tradisional. Dalam penukaran sel bahan bakar, hydrogen bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan air dan elektrik untuk menjalankan motor eletrik. Kendaraan yang menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Tetapi untuk mendapatkan bahan bakar hydrogen ini masih sangat sukar karena hidrogen diperoleh melalui reaksi termokimia yang menggunakan gas alam, batubara, gas alam cair, bioenergi, melalui proses termolisis atau dihasilkan dari air melalui elektrolisis. Oleh karena itu, hidrogen dikenali sebagai bahan bakar yang relative mahal untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Biofuel (bahan bakar hayati) juga merupakan bahan bakar alternatif untuk bahan bakar fosil yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau limbah industry, komersial, domestik, atau pertanian. Ada tiga cara untuk menghasilkan biofuel yaitu sampah organik (sampah domestik), fermentasi limbah basah (kotoran hewan) atau fermentasi tebu , jagung , dan kayu bakar hasil hutan. Biofuel menghasilkan emisi karbon dioksida yang jauh lebih sedikit daripada bahan bakar fosil. Biofuel dapat terurai dan sumber bahan buatan biofuel mampu mengurangi emsisi gas rumah kaca.
            2.1.2 Energi Alternatif yang Ramah Lingkungan
Sumber energi terbarukan seperti biomassa kadang-kadang disebut sebagai alternatif untuk bahan bakar fosil yang membahayakan bagi ekologi, karena jika biomassa dikomersialkan dikhawatirkan akan membahayakan hutan sebagai penghasil biomassa terbesar (kayu juga merupakan biomassa). Energi terbarukan belum tentu energi alternatif dengan tujuan tersebut. Seperti contoh, di Belanda, yang pernah digunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar bio, saat ini dihentikan akibat bukti ilmiah bahwa penggunaannya menciptakan kerusakan lebih parah dibandingkan bahan bakar fosil, seperti kemungkinan ekspansi lahan kelapa sawit yang dapat menghabiskan hutan alami. Mengenai bahan bakar bio dari bahan pangan, realisasi mengkonversi seluruh hasil panen di Amerika Serikat hanya mampu menggantikan 16% bahan bakar mobil yang dibutuhkan, dan pemusnahan hutan hujan tropis, yang selama ini sebagai penyerap CO2, untuk dijadikan ladang penghasil bahan bakar bio, sangat jelas akan mengakibatkan efek negatif yang sangat signifikan bagi ekologi dan menghasilkan peningkatan harga bahan pangan akibat kompetisi pasar. Saat ini, alternatif terhadap bahan bakar bio berkelanjutan sedang diupayakan dalam bentuk etanol selulosit.


BAB III
PENUTUP
33.1  Kesimpulan
Teknologi Hijau merupakan salah satu alternatif terbaik untuk menjaga kelestarian di Bumi. Kelestarian ini sangat dibutuhkan sebagai perihal pemenuhan kebutuhan manusia di masa depan tanpa merusak sumber daya alam.
      3.2 Saran
Seperti yang kita ketahui bersama, kita sebagai orang Indonesia saat jarang melihat atau bahkan menggunakan alat transportasi yang ramah lingkungan dan tidak menggunakan bahan bakar fosil yang tidak dapat tebarukan. Sebaiknya kita sebagai penerus bangsa Indonesia sudah melakukan riset untuk mengurangi dampak negative tersebut, salah satu nya itu kendaraan dengan tenaga listrik. Ada beberapa alat untuk menghasilkan listrik tanpa menggunakan bahan bakar fosil, salah satu contoh alat yaitu kincir angin, yang mengubah energy angin menjadi energy listrik. Dari energy yang dihasilkan tersebut dapat sebagai bahan bakar alat transportasi yang menggunakan bahan bakar listrik.
 Energy listrik yang dihasilkan tidak hanya untuk alat transportasi namun juga bisa untuk hal – hal yang lain salah satunya yaitu untuk keperluan rumah tangga yang memerlukan energy listrik. Contoh nya kompor elektrik yang memerlukan energy listrik untuk menghasilkan energy panas sesuai dengan fungsi nya, dll.